Saturday, 16 June 2012

Aku, Perempuan, perasaan dan pikiran

Seharusnya memang tidak pernah ada suatu tuntutan yang harus aku lontarkan pada seorang laki-laki, tidak ada laki-laki yang sempurna di dunia ini, semuanya memiliki sisinya masing-masing termasuk prempuan itu sendiri. Karena jika “dia” memang laki-laki seharusnya ia sudah memahami apa yang seharusnya ia lakukan dan sebaliknya jika ia adalah perempuan seharusnya pula ia mampu untuk melakukan sesuatu yang memang sudah menjadi kodratnya, karena agama sudah mengajarkan pada keduanya sejak dulu.

Kehidupan ini begitu beragam, dan waktu terus berputar. Waktu mengajarkan ku tentang banyak hal dalam hidup ini dan waktu juga memaksaku untuk melakukan sesuatu dalam hidup ini. Banyak sekali fenomena yang ku lihat dalam hidup ini mengenai sisi lain perempuan maupun laki-laki, awalnya fenomena semacam ini tak pernah tersebit dalam benakku, tak ku sangka akhirnya aku harus mengerti dan mencoba memahami kehidupan pada sisi ini, awalnya pula aku tak pernah berpikir untuk jauh berpikir mengenai ini tapi waktu berhasil mempertemukan pikiranku, perasaanku dan hatiku pada fenomena-fenomena yang kunjung usai untuk ku kaji dan pahami lebih dalam.

Aku, perasaanku, dan pikiranku selalu menjadi satu dan tak bisa terpecahkan bahkan sulit untuk di pisahkan jalannya jika aku sudah dihadapkan pada sisi ini, terkadang aku tak berdaya, aku hanya mampu melihatnya saja, aku seperti penonton yang tak ubahnya manusia lumpu yang tak mampu bergerak namun terkadang terbesit pula di benak ku untuk melakukan sesuatu pada sisi ini tapi tetap saja aku tak memiliki kemampuan hebat untuk melakukannya.

Banyak pertanyaan yang harus aku tanyakan pada diriku sendiri khususnya jika aku dihadapkan pada sisi ini. “Sisi” bagaimana seharusnya laki-laki bertindak dalam kehidupan ini dan bagaimana seharusnya perempuan bertindak dalam kehidupan ini. Aku percaya Tuhan sudah mengatur segalanya dengan sedemikian rupa, semuanya sudah teratur dan akan berjalan dengan baik jika tidak ada oknum yang berubah merusak tatanan itu tapi kenapa kehidupan ini selalu memberikan cerita yang berbeda, atau Tuhan sengaja dengan semua ini?.

Dulu, aku nyaris tak pernah mau tau tentang hal semacam ini karena aku percaya kehidupanku kelak tak akan seperti itu (sebenarnya aku tak pernah tau kepercayaan itu berasa darimana), dulu aku selalu tak peduli dengan cerita semacam itu, tak pernah memahaminya mungkin karena aku memang tak pernah merasainya. Kini waktu sudah menuntutku untuk mengerti dan memahami hal ini karena hal ini sudah menjadi bagian dalam hidupku sekarang..

Hari ini aku disuguhkan dengan fenomena klasik dalam kehidupan berumahtangga. Sang suami seorang sarjana arsitek dan seorang isteri sarjana ekonomi, kehidupan mereka terbilang layak dan sangat mapan walau sebenarnya aku tak tau apa yang terjadi didalam keluarga itu, bukankah persepsi orang jika sebuah keluarga terlihat mapan dari luar maka keluarga itu telah berhasil dalam mengatasi sebuah problematika paling tidak itu mengenai ekonomi keluarga meski terkadang kita tidak tau apakah orang didalamnya telah mencapai sebuah hal yang dinamakan kebahagiaan atau tidak mencapainya, seperti yang dikatakan oleh seorang temakn dekatku “orang hidup itu tujuannya untuk mencapai sebuah kebahagiaan, apalah artinya memilik banyak kekayaan sedangkan ia tak pernah merasakan apa yang disebut kebahagiaan” persepsi yang miris sekali memang. Apakah orang yang berhasil mengatasi masalah problematika ekonomi disebut dengan orang sukses? Aku tak pernah bisa menanyakan hal itu kepada setiap orang yang memiliki persepsi itu, aku rasa meraka juga yang tak memiliki indikator yang bisa dipertanggungjawabkan tentang takaran sebuah kesuksesan.

Mereka memiliki dua orang anak, sekali lagi aku katakan hidup mereka terbilang mapan, rumah mereka dilengkapi oleh sebauh mobil sedan mewah berwarna hitam dan perabotan rumahtangga yang cukup memenuhi kebutuhan. Hal yang ingin aku tanyakan apakah peran dan fungsi perempuan memang demikian? berada dirumah mengasuh anak, mencuci pakaian, melayani suami dan memasak didapur? Sebatas itu sajakah peran dan fungsinya?. Ketika suaminya pulang dari kerja tak segan-segan ia mengerjakan dua pekerjaan sekaligus, yang pertama ia harus menggendong anaknya yang sedang rewel dan ia menyiapkan peralatan mandi untuk suaminya (handuk dan pakaian) tidak berhenti sampai disitu, bayangkan saja sang isteri yang sedang lelah setelah menyiapkan makan siang harus dihadapkan dengan anak bungsunya yang rewel dan anaknya yang sulung iri dengan kerewelan itu dan sang suami yang notabenenya mengetahui situasi itu malah meminta pakaian yang telah disediakan tadi untuk diganti, alasannya simple saja karena ia tak menyukainya.. ini adegan macam apa?

Lain lagi ceritanya tentang perempuan hebat satu ini, bahterah rumah tangga yang sudah dijalaninya berpuluhan tahun dengan seorang laki-laki yang begitu ia cintai meski ia selalu mengeluhkan kepribadian sang suami. Pernikahan ini sudah mencapai usia puluhan tahun, memiliki 3 buah hati yang sekarang juga sudah memiliki kehidupan rumahtangga sendiri. Sang suami adalah laki-laki manutan yang dianggap yang memiliki kejantanan dalam memimpin rumahtangga untung saja tak dikatakan sebagai laki-laki idiot yang tak bisa melakukan apa-apa, semua keputusan ada ditangan sang isteri memang, hingga kehidupan sekarang menjadi layak rasanya peran sang isteri meman jauh  lebih banyak ketimbang andil sang suami. Laki-laki manutan yang tak pernah bisa memberi solusi kongkret apalagi menentukan keputusan, begitulah yang dirasakan berpuluhan tahun dan tetap bertahan hingga sekarang.

Ini tentang perempuan hebat lainya, laki-laki yang dirasa tak memiliki kemampuan untuk mengajalankan bahtera rumahtangga, laki-laki yang dirasa tak pernah bisa memberi solusi dari permasalahan atau bahkan lebih tepatnya dianggap sebagai troublemaker, laki-laki yang ditekan terlebih dahulu baru mengerti dan paham tentang kondisi sekitar namun walau demikian laki-laki ini tetap menjadi pahlawan bagi anak-anaknya dan perempuan hebat yang setia berada disampingnya selama belasan tahun itulah yang sebenarnya menjadi pahlawan.

Memang tak selamanya cinta menjadikan perempaun sebagai korbanya tapi persepsi tentang perempuan yang menganggap perempuan adalah makhluk lemah yang hanya difungsikan untuk pekerjaan rumah dan melayani suami diaman persepsi itu sudah muncul sejak dari zaman feodalisme itu masih menjadi momok bagi setiap perempuan itu sendiri.

Thursday, 14 June 2012

Terimakasih

Kisah Penghujung putih Abu-abu yang menyenangkan,,
cukup menjadi kenangan : )

Sunday, 10 June 2012

Superman..


Supermanku . . .
Pahlawanku, Superman keduaku setelah Ayahku . .
Dan ternyata pada akhirnya “Mas.ku” harus tergolek lemah di pembaringan itu, pembaringan itu di hiasi serpei putih dengan label “Rumah sakit islam, Hidayatullah”, handuk untuk mengkompres kepalanya pun di lebeli “Rumah sakit islam, Hidayatullah” dan infus di sampingnya..
Pagi ini, 15 Januari 2012..
Hingga pukul 09:30, hari ku terasa biasa, aku bangun tidur, buka leptop (kebetulan leptop sobatku “Fina” sedang berdiam di kamar box ku), aku during. Sebenarnya aku terbangun dari tidur sekitar pukul 07:10 WIB, aku kaget setelah membuka mata dan melihat jam, jarum jam sudah menunjukan arah pukul 07:25 WIB, jarum jam yang pendek di angka 7 dan jarum jam yang panjang di angka 5, tapi jam tetap di baca pukul 07:10, karena memang di blandangke  15 menit. Aku langsung mencari hape ku, kuraba-raba daerah samping kepalaku, yaa.. pada intinya daerah sekitar tempat tidurku dengan mata yang masih kriyep-kriyep. Tak ku temukan. Aku lupa kalo semalaman hape sedang ku charger karena batrenya sudah kosong..
Aku bangkit dan meraih hape ku, 1 miscoll dari Mas Tri (dia, kakak tingkatku) dan beberapa pesan tertera di sana. Hari ini aku memang janji sama Mas tri untuk ikut serta bersama rombongannya melakukan kegiatan sosial “penghijauan di Merapi”, sayangnya aku tak bisa ikut karena sesuatu hal, padahal ingin sekali rasanya. Ya sudahlah . . . semoga ada hari lain sebagai penggantinya..
Kemudian sms masuk lagi dari Mba Rivena (dia juga kakak tingkatku, aku satu perusahaan dengannya – perusahan media, “pers Mahasiswa (poros)” ). “mba, pengen jalan-jalan tapi nggak ada temennya.. begitu katanya.. ahahhaha . .  karin kok di tawarin jalan-jalan. Tanpa berpikir panjang langsung kuterima tawaran itu, tujuannya mau makan ice cream di McD. Jam 10 nanti kita berangkat.
Oke, jam sudah menunjukan ke arah pukul 10. Lewat, aku belum juga siap-siap. Aku masih asyikk during. Dunia maya memang mengalihkan konsentrasiku, mengalihkanku dari dunia nyata, kuat sekali pengaruhnya, tak terelakkan. Dengan perasaan malas aku menuju bagian belakang rumah di kost ku.. sekitar 30 menit kemudian aku kembali lagi di kamar box ku. Sudah agak siap, tinggal pake jilbab.
Ku raih hape ku kembali, beberapa sms masuk.
Dari Mba Rivena : Sudah siap nduk?
Dari Mas Taufik : Salam, Ukh karin, afwan jika menggangu aktivitasnya, hari ini sibuk ngak?
Hemm . . awalnya aku biasa saja menanggapi sms.sms yang masuk, termasuk sms dari Mas Taufik, ku balas segera smsnya.. “wassalam, hemm ngk juga sii, ada apa mas?”. Tak ada balasan lagi darinya, tak lama Mas Taufik telpn. Mungkin karena aku lama membalasnya..
Aku agak heran, kenapa sampe telpon? Ada apa?
“Assalamualaikum,”
“Walaikumsalam, ini ukh karin kan?” Suara di seberang telpon..
“iya, gimana mas?”
“Bisa ke hidayatullah sekarang? Tanyanya, Mas Taufik tetap dengan nada yang tenang. Mungkin maksdunya agar aku juga tenang mendengarkan berita yang akan di sampaikannya.
“Hidayatullah?” aku agak tersentak.. (kenapa menyuruhku ke rumah sakit hidayatullah)
“iya, Akh Rahman, ada di sini, antum segera ke Hidayatullah ya ukh.. ada yang mau di rembukan..
“Hah? Mas Rahman?” (Aku kaget, ada apa dengan Mas.ku, Superman.ku)
“iya, santai aja ukh, segera kesini saja..”
“iya mas, iya karin ke sana.. Assalamualaikum..”
“Walaikumsalam,” jawab Mas Taufik tetap dengan nada tenang..
Aku bingung, ya bingung. Sms mba Rivena kembali muncul di hape ku
“Nduk, udah siap?”
Ku telpon segera Mba Rivena, “Assalamualaikum, Mba.. Mba.. Mba Rivena..” entahlah sulit sekali ku mendengar suaranya dari seberang sana,
“iya, yaa,, gimana nduk?” Sekitar 15 detik kemudian, baru terdengar suara itu..
Tanpa memberi jeda untuk Mba Rivena berbicara, aku langsung menceritakan apa yang sedang terjadi..
“Mba, maaf yaa, karin nggak bisa pergi sekarang, karena Masku masuk rumah sakit, Maaf ya mba, maaf..”
“Iya, yaa nggak apaapa nduk, moga masnya cepet sembuh.”
“iya.”
Sudah, sampai situ pembicaraanya. Aku membatalkan janji dengan Mba Rivena, janji makan ice cream bersamanya, aku segera siap.siap, cepat, cepat. Ku kenakan jilbab, jaket, kaos kaki dan terakhir ambil sepatu di rak sepatu yang terletak di teras rumah. Aku keluar dari pintu samping, pintu lalu-lintas untuk mengeluarkan dan memasukan para kendaraan (motor&sepeda). Aku melaju ke Hidayatullah dengan mengendarai sepeda motor milik Mei, Mei susanti nama lengkapnya..
Agak ngebut memang, tapi tetap hati.hati..
Masku masuk rumah sakit (pikirku dalam hati, di sepanjang perjalananku menuju Hidayatullah), mas ku kenapa? Masku.. Masku.. Masku..
Aku sampai di pelataran Hidayatullah, masuk gedung rumah sakit islam itu. Ku telusuri ruang-ruangnya, mencari ruang Marwa No. 8. Setelah menelpon Mas Taufik pun segera mengirim pesan singkat – petunjuk keberadaan masku.
Ku cari-cari bacaan ruang Marwa di plang-plang yang tergantung di atas pintu, tak kutemukan. Di resepsionist, tak ada orang yang menjaga, atau memang itu bukan meja resepsionis?. Entahlah, aku tak peduli. Aku terus menelusuri, tetap tak kutemui. Sepertinya memang harus bertanya-pikirku.
“Mas, maaf mau tanya ruang, ruang Marwa dimana?”
“Lantai atas, jawabnya, singkat.”
Aku langsung menuju lantai atas, tanpa pikir panjang dan ucapan terimakasih sama mas.mas yang ku tanyai tadi. Aku menaiki anak tangga, dengan langkah cepat. Akhirnya ku temui ruangan marwa no.8. ku masuki ruangan itu, ku dapati mas,ku yang tergolek lemah, mas taufik, dan suster yang menanyai tentang  riwayat keadaan masku. Mas.ku pernah menderita hepatitis memang, dan kondisi tubuh masku nggak bisa terlalu lelah.
Ku liat wajahnya, lemah, lemas sekali. Suster masih menanyai beberapa hal terkait keadaan masku, setelah di rasa cukup memperoleh informasi tentang keadaan masku, suster pergi meninggalkan kami – aku, masku, dan mas taufik. Masku merebahkan tubuhnya di pembaringan, terlihat jelas dari kondisi dan raut wajahnya, masku lemas, supermanku sedang sakit.
Ku elus jemarinya, jemari yang di tutupi dengan sarung tangan karena mas merasa dingin. Kakinya di tutupi dengan kaos kaki dan tubuhnya di selimuti dengan selimut, mas meras dingin.
Uuhh . .. uuuhh... ya Allah.. rintih masku. Terasa nyeri setiap tetes air infus yang masuk memalui selang ke tubuhnya, rintih  masku. Aku bingung mau berbuat apa, demikian adanya –cairan infus memang harus masuk ke dalam tubuhnya, tubuhnya yang tergolek lemah itu. Ku pandangi ia, supermanku sedang merintih kesakitan, lemah, lemas, nyaris tak berdaya. Aku tak pernah melihatnya seperti itu sebelumnya, yang ku tau superman adalah orang yang paling kuat, selalu ada ketika aku butuh, kapanpun. Yaa, kapanpun.
Hening. Lama keheningan mendominasi ruangan no. 8 itu, yang terdengar hanya desah nafas masku dan rintih kesakitannya. Tak ada percakapan antara aku dan mas taufik. Tak lama. Ku buyarkan suasana dengan memulai percakapan dengan mas taufik. Awalnya aku bertanya tentang keadaan masku, bagaimana kronologinya sampai bisa ke ruangan marwa no. 8 ini, dengan santai mas taufik menceritakannya, semua. Dari mas ku yang awalnya meminta dibelikan bubur ayam sebagai sarapannya, masku yang di bawanya ke hidayatullah, sampai keputusannya harus memilihkan kamar atau ruangan mana untuk masku sebagai tempat perawatannya. Percakapan mengalir dengan derasnya, sedang masku tertidur di pembaringan, nafasnya sudah tak terlalu terdengar lagi, sudah normal. Rintih kesakitannya pun demikian.
Percakapanku dengan mas taufik mengalir ke masalah kampus, akreditasi, pengawalan kebijakan, sampai dengan pembicaraan tentang internal pergerakan yang kebetulan kami berada di dalamnya, yaa,, aku, masku dan mas taufik bernaung di satu gerakan mahasiswa. Gerakan yang menurut kami adalah gerakan yang tepat sebagai alat perjuangan. Percakapan terus mengalir hingga akhirnya mas taufik harus segera pergi karena ada urusan yang harus di selesaikannya. Tinggal aku dan masku di ruangan itu.
Sebelumnya, ada petugas rumah sakit yang membawakan makan siang untuk masku,
“Mas, maem yaa?” Tanyaku..
“Nanti aja, jawabnya singkat dan terbata
“iya akh, makan lah biar cepet sembuh..” lanjut mas taufik
“iya mas.” tambahku..
Akhirnya masku bangkit, duduk di pembaringan dengan lemah dan lesu. Ku siapkan makan siangnya, ku letakkan di depannya. Dengan lunglai masku menyendok nasi bubur yang sudah disiapkan, lunglai sekali.
“Di habiskan, makanannya..” kata ku.
Suap demi suap ia masukan nasi bubur yang di rasa tak enak itu kedalam mulutnya,
“nggak enak, pahit.” Keluhnya..
“iya, tapi harus tetap di habiskan,” timbalku..
******
Di sepanjang tangannya bekerja memasukan bubur ke dalamnya, terjadi percakapan antara aku dan masku, Masku – satu-satunya anak laki-laki di keluarga bude-pakdeku. Kami sepupu. Ibunya masku adalah kakak dari ibuku, aku dan masku bukan mukhrim memang, tapi kami begitu dekat dan memang aku tak  bisa jika harus berlaku seperti orang non-muhrim pada umumnya. Tak sungkan aku mengelus-elus tangannya, menyentuh kulitnya, memegangi lengannya atau bersandar di bahunya. Tak sungkan pula ak bermanja-manja dengannya, aku sering bermanja dengannya meski hanya lewat pesan singkat. Aku merasa begitu dekat. Tak pernah aku takut tentang sesuatu yang akan terjadi bila kami di posisikan sebagai lelaki dan wanita yang sudah cukup mengerti, karena memang tidak akan terjadi.
Hanya saja aku heran dengan orang-orang yang sibuk mengingatkanku atau mengingatkan masku tentang kedekatan kami. Aku tegaskan, aku menyayangi masku pun sebaliknya, aku bertindak sebagai adiknya dan masku bertindak sebagai kakak bagiku, karena kami memang satu keluarga.hanya itu.
***
Ku perhatikan ia dengan lesu memasukan suapan-suapan bubur ke dalam mulutnya, alhasil makan siang tidak habis, mungkin hanya setengahnya. Tak apa. Yang penting perutnya sudah terisi.
Setelah kubereskan makanan yang sengaja di letakkan di atas pembaringan juga – di hadapannya. Mas rebahkan tubuhnya. Masku tertidur, bangun lagi, merintih kesakitan.
Aku hanya bisa mengelus tangannya dan berkata “Mas, mana yang sakit?”
Dijelaskan oleh masku, cairan infusnya bikin nyeri, begitu nada terbata-bata yang bercampur dengan aliran nafas yang sulit ia hembuskan.
“iya mas, jawabku dengan bingung karena yang bisa berbuat – cairan infus tetap harus masuk kedalam tubuhnya..
Tak lama, masku tertidur pulas, aku duduk di kursi yang memang di sediakan di dalam ruangan itu, ruangan itu tak terlalu besar memang tapi di lengkapi dengan kipas angin, tv, kamar mandi serta kursi dan meja, aku duduk sambil membaca buku dan memainkan hape. Tapi rasanya masku tak tertidur pulas, di tengah-tengah suasana hening sesekali ku dengar suara rintihnya, tidak lagi. Rintih lagi. Demikian. aku hanya bisa melihatinya, karena memang begitu keadaannya.
Kali ini ia pejamkan matanya dari setelah nyeri tak begitu terasa, di saat itu ku pandangi dengan puas raut wajahnya dari kursi yang sekitar 2 meter jaraknya. Masku-supermanku. Lemah sekali, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk mereda sakitnya atau menghilangkan sakitnya, tapi masku memang butuh sesuatu, butuh do’a agar segera sembuh . .

2 Judul lagu

Suasana ini memang sering berubah-ubah, tak menentu, bahkan tak bisa aku menerkanya..
kadang aku memahaminya dan terkadang aku tak mengertinya, namun terkadang aku juga begitu menikmatinya, senang berada di fase itu..
terkadang aku tertawa geli dengan itu,, terkadang pula aku tersenyum sumringah dan kemudian aku kesal dan tak tau arah..
aneh sekali, macam-macam rasa :p

tepat di penghujung bulan mei, 31 Mei.. kudapati judul lagu sheila on 7 di hapeku "jalan keluar"
hemtp, ku cari lagu itu di daftar musik hapeku, tak kutemukan, langsung saja ku buak youtube dari hapeku..

musik intro, biasa saja.. masuk ke lirik , wwaaww, heemmppt, aku susah menggambarkan rasanya..
begini liriknya :

Sepucat bulan purnama
Segelap malam tergelap
Kubiarkan ku mencari
Hatimu yang tak pernah kau beri



Sedalam palung lautan
Sedalam jurang hatimu
Kau biarkan ku jatuh tanpa ujung
Lepaskan sayapku yang terpasung
Jika memang tiada harapan
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu


Sedalam palung lautan
Sedalam jurang hatimu
Kau biarkan ku jatuh tanpa ujung
Lepaskan sayapku yang terpasung

Jika memang tiada harapan
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu

Jika memang tak akan bersanding
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu


Jika memang tiada harapan
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu

Jika memang tak akan bersanding
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu

rasanya ingin ku lontarkan pertanyaan tegas pada orang yang mengirim pesan singkat dengan judul lagu itu..
heeey, HAti mana yang tak ku beri???? jadi apa arti rasaku ini selama ini???

dan sepenggal lirik lagu berikutnya yang kutandai dengan warna merah dan cetak tebal, rasanya ingin aku lontarkan balik ke sana..

apa tak pernah bisa mengerti tentang apa yang selama ini sudah dilewati?? sudah di jalani?? dan sudah dirasakan??
kemana semua itu? hilang begitu saja kah ketika badai kecil menerjang, walapun terjangan hanya sekejap itu?? tak ada jejaknya kah??

kemudian ku temukan badai itu sudah pergi, suasana kembali sedia kala, suasana saling mengerti dan memahami, suasana hangat dan bersahabat.. ^_^ aku bahagia..

namun, baiklah badai pasti akan setia menghampiri, selalu saja menyapa.. kembali lagi aku mendapati lirik lagu tertera dipesan singkat "last pretence".. lirik lagu macam apa lagi ini, pikirku.. aku masih biasa saja, karena aku kira tepisan badai sebelumnya hanya sekedar menyapa dan tak dibuat menjadi badai besar..
ternyata aku salah,, ku dengari bait demi bait di lagu itu :

Aku tak bisa menghadapimu
Percakapanmu dan pandanganmu
Karna hatimu yang telah pergi
Kebekuanmu melumpuhkanku

Berpura-puralah kau masih sehati
Karena slama ini kau lah yang aku cari

Kekhilafanku hantarkan kita
Di dua arah yang jauh beda
Nafas terakhir perjuangan kita
Akhiri dengan nada yang indah

Cobalah kau bertahan sampai waktunya datang

Berpura-puralah kau masih sehati
Karena slama ini..karena slama ini kau lah yang aku cari...whooo...oooo
ooowooo...oo
Seakan-akanlah kau tetap di sini
Karena slama ini... karena slama ini kaulah yang aku cari

hatiku telah pergi?? pergi kemana? pergi bersama siapa??
berpura aku masih ada?? bukannya aku memang masih setia disini.. apa arti penantianku selama ini berarti??? maksudnyaa??

# semua lirik lagu itu benar-benar tak menggambarkan pada keadaan yang sesuai imajinasiku...

pesan untukmu :
Tak ada jalan keluar dari hatiku dan harapn itu ada,,
aku menyayangimu..
aku ingin bersanding denganmu..

aku tak pernah pergi dan tak ingin, dan aku tak pernah berpura-pura dengan rasa ini..


aku sadari, caraku belum bisa di mengerti, dipahami dan nyaris seolah-olah tak ada cara..
tapi apa maksud simbol2ku selama ini kalau bukan, hal itu untuk menggambarkan aku dan tentang rasa ini..


:)
aku harus menjelaskannya seperti apa?
bahwa aku menyayangimu, menyukaimu dan aku men-cinta-imu..
ini SUNGGUH !!

ingin ku liat kau mengirimkan judul lagu lagi dengan suasana yang beda "Alasanku" dan "terlalu singkat"

aku ingin kamu berkata sesuatu setelah mengirimkan lagu itu, dan kemudian semuannya memang bakal lebih indah.. ^_^ Aku Yakin itu




Syahdu,

malam ini begitu syahdu, syahdu sekali... setelah aku bertemu denganmu, melihat wajah mu dari dekat dan mendengar suaramu.. iyaa, hal itu yang membuat malam ini begitu berbeda dengan malam sebelumnya.. untuk pertama kalinya aku merasai itu.. dan aku tak bisa  menggambarkannya..

ku telusuri jalanan menuju kostku tepat di pukul 22:00, 
malam ini begitu syahdu, kehangatan di audit gedung D benar-benar kurasai, 
teman-teman fisika yang luarbiasa.

pukul 21:55 kulihat jam yang bergantung didinding ruangan itu. oke, aku harus pulang pikirku, ku touch tombol stop di hapeku yang sedari tadi aku sedang asik merekam adegan-adegan dan tingkahlaku teman-teman fisika selepas peresmian study club di prodiku..
malam ini begitu hangat, hangat sekali.. berasa sampai di sanubari, kebersamaan dengan teman-teman fisika.

kusalami satu-satu teman perempuanku dan kemudian aku pamit pulang..
"aku pulang duluan yaa, (sambil melambaikan tangan), begitulah ekspresi terakhirku,,
ku langkahkan laki dengan tegap keluar meninggalkan area audit gedung D, ku turuni anak tangga dari lantai tiga..
Audit gedung D, bangunan baru di kampusku, mungkin umurnya kurang lebih 1 tahun, belum lama memang, masih balita :p

ku langkahkan kaki dengan gontai kali ini, lelah juga menuruni anak tangga dari lantai 3. aku keluar dari arena gedung, menuju parkiran di depan lab teknologi dan pembelajaran sains..
ternyata sedari tadi hujan turun dari langit, kudapati rintik-rintiknya diluar,,
Syahduu sekali :)
bukannya aku berdoa pada Tuhan aku pengen ketemu hujan, itu kemarin??
Tuhan, Kau begitu romantis, Kau membuatku menunggu rintiknya hujan malam ini karena rintikan malam ini memang benar-benar beda,,

ku nyalakan motorku yang sedari tadi setia menungguku, ku dapati ia basah kuyuh, terlihat eksotik sekali, tak ingin ku lepaskan butiran-butiran air hujan yang menempel di bagian tubuhnya..
aku, motor putih, dan hujan :)
lampu motor menyala, suaranya juga sudag terdengar, ku belokkan rodanya, ku lantunkan rodanya.. dan kemudian aku berhenti sejenak di tempat biasanya aku bertemu para satpam yang setia menunggu disana..

heemmptt.. ??
kenpa mereka ada disini. pikirku.. para lelaki.. hahhaa :D
dari mana meraka? aliansi apa? kelompok penjaga malam, menggantikan bapak2 satpam? haa ..
sebelum giliranku, yang aku lihat dari agak kejauhan temanku berhenti sejenak disana..

dan ini giliran berhenti.. :p
STNK??
heemmpptt .. (?) Ekspresi bertanya..
tapi ku keluarkan jua STNK dari dasbor motorku,,

dia melihati STNK.ku dengan cermat.. dan bersuara.. "oh iya, iyaa STNK sementara, masih baru.. ini motor doorprize yang disana yaa.. (sambil bercanda)"

Kamuu??!!!
pikirku.. !@#$%^&*()_+
oh Tuhan, Rintik hujan malam ini benar-benar syahduu..
syahdu karena wajahnya, suaranya, dan bercandanya..
hemmptt,, :)
tak kudapati rasa syahdu seperti ini sebelumnyaa...

ku lemparkan senyum kepadanya dan dia membalasnya ^_^

hanya itu. tak lebih. hanya itu yang terjadi. CUMA ITU. 

 kemudian kutelusuri jalanan dari kampusku menuju kostku.. sepanjang perjalanan kukenang moment saat pertama kali aku mendapati wajah itu,




Dulu..
Mungkin kurang lebih hampir satu tahun ku temukan dirimu sedang berada disana, di hall kampus..
berbicara tak terlalu lantang, nyaris biasa saja tapi kharismamu terpancarkan dan aku menyadarinya itu..
manis, tak bosan aku melihatmu.. dan luar biasa, yaa cukup luar biasa bagiku, aku melihatmu berbicara didepan sana (debat kandidiat)
mengagumkan, (biasa saja sii sebenarnya :p)..

aku menyukaimu, :) suka suaramu, suka wajahmu dan suka intelektualitasmu...
yang sekarang kau sedang menjabat sebagai Gubernur disalah satu fakultas di kampusku..
menarik sekali, sekali lagi aku tak bisa menggambarkannya dengan kata-kata..

aku menyukaimu, bukan lantaran aku ingin bersanding denganmu dalam sebuah hal yang aku sendiri juga tak tau apa maksudnya.. aku menyukai suaramu, mimikmu, dan satu hal yang menarik bagiku atasmu.. "intelektualitasmu" . .  walau aku tak tau seberapa besar.. tapi dengan sesuatu yang sudah ku lihat sekarang ini, seolah menceritakan sesuatu bahwa dirimu itu memang indah :)

aku hanya ingin berbagi saja. berteman, hanya sebatas teman. tak lebih..
dan terimakasihku untukmu malam ini, syahdu ^^


Hujan, memang selalu memberiku suasana yang tak pernah bisa kujelaskan **