** Puisi terindahku hanya untukmu
Mungkinkah kau kan kembali lagi, menemaniku menulis lagi…
Kamis, 09 juni 2011
Langit cinta mendung hari ini, seusai ia menurunkan derasnya cinta yang
jatuh ketanah sampai menambah suburnya tamanan padi yang menguning dan
berunduk karena cinta. Namun tidak langit cinta di hatiku sore ini, ia
tetap mendung menurunkan derasnya hujan namun menghantam dadaku, suara
gemuruhnya memekik ditelingaku hingga gendang telingaku memilih untuk
pecah saja ketimbang harus retak dahulu..
Aku siap jadi pelepas dahaga ketika langit tak menurunkan air hujanya,
aku siap jadi bintang yang bersinar menyinari ketika matahari siang
membalikan badannya dan membuat gelap bagian lainnya, dan aku siap walau
hanya jadi pelepah pisang yang melindungi dari gemuruh air hujan.
Sore ini, matahari masih bisa menyinari meski sayup-sayup karena senja
sudah tiba, hujan sudah turun kemarin dan kemarau juga tak Nampak hari
ini. Tapi aku tetap berdiri di ambang pintu sambil memeras-meras kedua
tanganku dan mengatur detak jatungku yang terasa lebih kencang..
Aku terkejut dengan suara petir yang tiba.tiba menyapaku dari atas.
Detak ku bertambah kencang semakin aku mendongak.kan wajah ke langit
semakin langit ingin memuntahkan petirnya.
Aku benar.benar sesak, mataku berbinar, kakiku kaku, mulutku kelu ketika
aku membaca pesan dari langit.. Ooh tuhan, ujian apalagi ini?. Tidakkah
kau biarkan aku tetap berada di langit bersama bintang-bintang yang
bersinar itu? Langit cinta yang tak hanya menyentuhku tapi juga memeluku
dengan hangat?
Aku tak sanggup tuhan jikalau ini adalah berita terakhir dari langit.
Walau perih. Sungguh. Aku masih mampu melihat bintang yang bersinar
meski aku silau dengan sinarnya, aku masih mampu pergi ke langit meski
kakiku kaku untuk melangkah kesana. Tuhan aku masih merindu. Terlalu
cepat kau cemburu padaku.
Aku tak bisa terkata-kata tuhan, ketika engkau tunjukkan caramu
mencintaiku. Aku masih tak mengerti dengan cara sore ini, aku
benar-benar sesak. Apakah kau sengaja dengan ini? Jika kau biarkan sore
ini kelabu untukku kenapa tak kau dahulu biarkan ia berpikir sejenak
lalu melihat ketulusanku.
Tidak !!!
Tuhan, kau benar, kau tulus, dan kau benar dan tulus mencintaiku..
Jika saja sore ini tak kau jadikan neraka sesaat untukku pasti aku akan
terjun ke neraka yang kekal itu, jika saja sore ini tak kau buat gelap
pasti aku akan terbuta dengan kegelapan yang kekal itu, jika saja sore
ini tak kau buat petir, gemuruh, dan hujan lebat pasti aku akan
tersengat petir yang lebih menyakitkan, pasti aku dihujani hujan batu
yang lebih pedih dan memilukan, jika sore ini tak kau buat aku menangis
karena cinta semu, pasti aku akan tetap menjadi parasit yang tak tau
malu yang hanya berada di pinggir-pinggir meski aku dijanjikan berada di
tengah dan menjadi bunga, jika saja sore ini tak kau buat aku diam
pasti aku akan terus berbicara dengan suka cita menyambut setiap
percakapan yang berbekas setiap kalimatnya, jika saja sore ini tak kau
hancurkan kepingan hatiku yang beberapa lalu sudah retak sebenarnya
pasti kepingan itu tak akan bisa kembali utuh.
Tuhan… tuhan..
Kau begitu unik, menarik, mengagumkan dan romantic. Aku sadar kau begitu
cemburu dengan ku untuk kali ini, maaf tuhan jika beberapa ratus menit
yang lalu aku mendua.
Tapi tuhan, jika kau izinkan aku mendua namun tak melebihi kecintaanku
kepadamu, izinkan aku merasnya di waktu yang indah, di terik siang yang
matahari tersenyum padaku, di senja yang indah dengan matahari
meninggalkan senyumnya lalu tergantikan dengan keheningan malam yang
diatas sana bintang sedang berpesta ria bersama bulan yang menerangi
malamku,
Jogja sore ini,
Juni, 2011