Hidupku menjadi berubah tatkala
ia untuk pertama kali menginjakkan kaki di kamarku, ruangan 3x3 beralaskan
marmer putih itu sudah menjadi kediamanku hampir satu tahun ini yang biasa ku
sebut kos. Aku seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta di
Yogyakarta, kini adikku menyusulku dengan dalih yang sama yaitu melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mengingat tidak semua orang
dikampungku bisa mengenyam pendidikan
sampai ke universitas membuat kami bersyukur kepada Allah yang telah memberikan
anugerah kepada kami atas nikmat ini, nikmat untuk melanjutkan sekolah.
Gadis kecil itu kini tiba-tiba
merubah hidupku. Dulu. hampir setiap pagi aku tidak mengawali hari dengan sarapan pagi, aku juga sering bermalas-malasan dulu dipembaringan sebelum aku beranjak dan bergegas melakukan aktivitas. Tapi kini, setiap pagi pikiranku sibuk mencari menu makanan apa yang enak untuk dikonsumsi adikku sebagai sumber energi yang akan digunakannya untuk memulai aktifitas, aku juga jadi terpaksa melakukan aktivitas terlebih dahulu sebelum ia bangun dari tidurnya.
Perubahan signifikan yang mendadak harus ku alami adalah menjadi sosok yang dewasa dan bijaksan di hadapannya. kurang lebih selama 3 tahun aku tidak berjumpa dengannya, atau lebih tepatnya ketika ia mengalami masa-masa ABG (saat sedang sekolah menengah atas) sama sekali aku tidak berada disampingnya. aku hanya sekedar mendapat infomarsi dari ibuku akan perkembangan gadis bungsu kami ini. jarak antara Pagaralam (Sumsel) dengan Yogyakarta memang tidak begitu jauh, tapi karena keterbatasan finansial membuat aku jarang sekali pulang kampung
Perubahannya dari gadis belia kini menjadi gadis remaja yang mengalami kelabilan emosi membuatku harus benar-benar dewasa menyikapi setiap tingkahnya. Terkadang kesibukan aktivitasku sehari-hari membuat emosiku juga tidak stabil lantaran kelelahan hingga terkadang aku juga terbawa emosi dengan segala pertanyaan nggak penting yang di utarakan karena membuat suasana semakin riweh.
Pernah sebuah kejadian waktu itu aku baru pulang dari bekerja jam setengah 6 sore waktu sudah mendekati untuk sholat maghrib, aku pulang dengan membawa segunung keletihan. setelah sholat maghrib kami janjian untuk makan malam bersama, ini adalah makan malam pertama adikku di yogya dengan suasana berbeda yaitu makan malam diluar. Setelah menunaikan sholat maghrib aku siap-siap dia juga ikut siap-siap, memilah-milah baju yang hendak dikenakan. cocok nggak mba kalo aku pakai baju ini? tanyanya sambil memasangkan baju di badannya. kurang cocok, terlalu glamor, pakai yang ini aja lebih simple, kita kan cuma mau makan malam jawabku. seketika ia merespon jawabanku dengan nada kesal dan muka cemberut sambil menggerutu "terlalu glamor po? yaudah, aku harus pake baju yang mana? kenapa yang itu? aku nggak suka, uuh". Sejenak aku menarik nafas panjang dengan tingkahnya ini, sambil pura-pura bijaksana sembari menguasai diri dan emosi aku melanjutkan aktivitasku memakai jilbab kemudian menyalakan motor.
sampai pada suatu ketika ia sempat-sempatnya mengirim pesan singkat padaku yang sedang bekerja hanya dengan pertanyaan "Mbak, aku pergi ke universitas mengambil kartu tanda pesertanya nggak papa kan pake celana hitam?"
Tidak hanya menjadi tugas kedua orang tua, sebagai seorang kakak kita juga turut andil dalam proses perkembangan adik kita baik secara emosi, tingkah laku, pengetahuan dan juga mentalnya. kita juga bertanggujawab dengan segala proses yang dialaminya. menjaga adik perempuan bukanlah suatu pekerjaan mudah, tapi bukan berarti sulit untuk dilakukan.
Namun, terlepas dari itu semua sejak ia berada disini bersamaku, membuat aku selalu ingin cepat pulang karena ia selalu membuat aku rindu untuk melakukan aktivitas bersama.

heheh sayang adik" nikmatnya punya adik uye
ReplyDeleteasik ya punya adik .. sementara saya adik dari seorang kaka perempuan ..hahahaha
ReplyDelete