Kota Kelahiran yang disingkat dengan istilah "PGA"
Oohh ~ apa kabar kota ini?, kota yang mau-maunya menjadi saksi bisu atas kelahiranku didunia yang hanya sementara ini..
Oohh ~ apa yang terjadi dengan kota ini, sekarang? sudah berapa lama aku meninggalkannya.. selama 7 semester di pulau sebrang ini, baru 3 kali aku mengunjungi nya. kepulangan pertama tidak ada perubahan, kepulangan kedua ada yang sudah asing di kepala ku.. lumaya ada ayng berubah, kepulangan ke tiga WoW.. ada indomaret.. kapitasli mulai menjajah.. Wow Jalan beraspal baru. katanya jalur yang lebih cepat untuk ke gunug dempo.. pembangunan yang signifikan.. kepulangan keempat? kapan? hhmm.. aku udah lupa jalan pulang.. ahahhaha...
sekarang aku makin mengerti apa yang sedang dihadapi dengan kota kelahiranku yang labil itu.. umurnya memang masih remaja. wajar saja labil.. kayak aku dulu kala menginjak masa remaja.. labilnya minta ampuuuunn, jangankan untuk hidup untuk sekedar berinteraksi dengan manusia lain saja sudah labil. ahhaha.. meskipun sekarang pun masih labil. tapi se enggaknya sekarang labilnya anak yang beranjak dewasa.. ddjiaahahha..
cerita tentang perkembangan mengenai kota kesayanganku ini sebenarnya sudah aku gali melalui reporter-reporter handalku yakni adik ku dan momi ku, kemudian aku juga ngepo.i pagarlam pos. hhaaa. pagarlaam pos. koran ne jeme besemah. aah teringat dulu. waktu pagaralam pos baru-barunya booming. hhaa. maaf. maksudnya baru saja di resmikan dan baru saja bergriliya mencari fakta dan berita. benar.. fakta? hhmm.. saya juga wartawan lhoo, bicara fakta sebuah berita yang ditampilkan oleh media. tunggu dulu. jangan dibahas disini, besok saja. saya sedang tidak mood membahas hal ini. intinya saya rindu mencari fakta. alias rindu jadi sok wartawan. oh no. wartawan amatir.
teringat, dulu di rubrik pagarlam pos di setiap hari sabtu ada yang namanya "kertas" kretivitas siswa. profesi wartwana sudah aku sandang sejak SMA memang. sejak aku menjadi ketua mading. sejak itulah kecintaanku dengan dunia tulis menulis. sejak saat itulah aku berkenalan dengan kertas warna-warni, dengan gambar-gambar perhias karbon, dan dengan kreativitas yang mengalir dengan lembut. membuai. melenakan. sungguh. itu kenangan yang mengagumkan.. bicara tentang kertas. dulu sempat aku jadi wartawan sekolah untuk rubrik kertas bersama 5 orang temanku. si cipta pamungkas, dila aksani, rachmat aryansayh, muhammad iqbal dan arga sena setiawan. kita sempat jadi orang sok sibuk disekolah, sok cari berita gituu.. dan mendadak terkenal karena wajah kita terpampang jelas di pagaralam pos. hahaha.. kenangan manis. salah satu prestasi di masa SMA. masuk koran. yang mana kala itu masuk koran adalah suatu hal yang sangat menakjubkan. itu dulu. waktu baru-barunya pagaralam pos mengudara. kini?? aahh, tak usah harus masuk koran. dan aku malah takut sekarang kalo masuk koran.. aku sekedar bingung aku harus masuk di rubrik bagian mana?. ahhaha..
saya rindu pagaralam pos. lihat saja nanti, jika aku sudah menemukan jalan pulang. hendak ku padati rubrik opininya dengan tulisanku.. tanpa disertai photoku pastinya. wkwkkw..
sudah, ini bukan membahasa pagaralam pos.
Malam ini, hasil chattingan saya dengan sahabat saya si Chieka, yang membuat saya hendak berbicara dan menuliskan cerita tentang pagarlam. kota dengan julukan besemah itu. aaahh, indahnya pagaralam yang dulu, yang dulu aku melihatnya diwaktu aku kecil yang tidak banyak tau, dulu yang aku hanay bisa merasai pemandangan dan hawa sejuknya, dulu yang aku tidak mengerti apa problematika yang ada, yang ku tau. pagaralam tempat yang begitu nyaman, damai, dan membuatku selalu bahagia. itu saja.
kini lain lagi pagaralam yang kurasakan, ntah karena aku sudah besar dan mulai tau apa yang sebenarnya terjadi, ntah karena pagaralam yang memang punya sekudang masalah yang tak aku tau, atau karena maslah itu semakin nampak, banyak dan besar sehingga aku jadi tau.. ah ntahlah. yang pasti pagaralam tak sesejuk dulu.. sudah tidak banyak tanaman liar yang bisa ku gunakan sebaik bahan makanan buat main masak-masak,an mungkin.
pelayanan kesehatan dipagaralam tidak ramah
pelajaran transaksi jual beli juga tidak bersahabat
korupsi dipagarlam makin para, baik korupsi waktu, tenaga dan uang
pemerintahan pagarlam sekarang berubah menjadi kerajaan dan dinasti
pagaralam mengalami dekadensi moral generasi penerus
pendidikan dipagaralam, aah ntahlah..
apa lagi? mau laporan apalgi sama saya, hah?
kenapa laporannya sinis macam itu yang diceritakan kepada saya? apa salah telinga saya yang harus mendengarkan kabar-kabar macam itu?
kata reporter2ku.. orang-orang yang sudah sekolah diluar pagaralam, enggan sekali untuk pulang dan menerapkannya di pagaralam, hidup tidak nyaman disana, finansial susah di cari, ketentraman hidup apalagi.
kata chieka, ia hendak kerja di palembang saja. alibinya pagaralam enggan menerima lulusan skm macam dia. hhaa.. alibi mahasiswa. cerdas. iya enggan. karena takut sistemnya di obrak abrik. chieka juga bilang bingung arahnya mau kemana jika pulang ke pagaralam. ntahlah aku tidak bisa comment dibagian itu. aku juga bukan penentu arah.
kata kaka tingkatku aah, apa yang bisa di harapkan kalau kita di pagaralam, hidup pasti begini-begini saja. sudahlah cari penghidupan di luar saja.
sudah. sekarang aku hendak bertanya di atas segala problematika itu.
kenapa aku disuruh cepat-cepat usai kuliyah dan disuruh pulang ke Pagaralam, Buk?
No comments:
Post a Comment
TerimaKasih, ^^ sudah melukiskan komentarnya lewat tulisan..
Salam KenaL.. ^**